Sabtu, 14 Juli 2012

Lake Toba Ecotourism Sport

Lake Toba Ecotourism Sport
Pendongkrak Pariwisata yang Mubazir ??


Pelaksanaan kegiatan cabang olahraga dragon boat sangat berpotensi mendatangkan wisatawan asing untuk datang dan berpartisipasi pada kegiatan ini

Lake Toba Ecotourism Sport (LTES) VIII/2012 baru saja usai. Perhelatan tahunan yang menyajikan wisata Danau Toba melalui beberapa cabang olahraga, sebenarnya merupakan langkah jitu Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melalui Dinas Pemuda dan Olahraga Provsu untuk lebih mendongkrak kembali wisata danau yang indah itu ke mancanegara. 

Namun apa kenyataannya? Sejak pertama kali digelar hingga masuk pada 'episode' VIII, penyajiannya masih datar, malah kualitasnya cenderung melorot, apabila dibanding dengan gelaran pertama hingga kegiatan LTES V/2009.

Kegiatan kelima memang cukup semarak, sebab LTES V/2009, dirangkum bersamaan dengan Festival Internasional Pemuda dan Olahraga Bahari (FIPOB). Saat itu Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga menunjuk Provinsi Sumatera Utara sebagai tuan rumah. Pastinya dengan dukungan anggaran APBN yang lumayan ‘wah!’ even ini lebih apik dikemas.

Sayangnya, kemasan olahraga wisata yang cukup banyak  menggelontorkan rupiah itu, tak juga dapat memancing wisatawan untuk datang dan menikmati bersama-sama even tahunan tersebut.   
Entah apa sebenarnya yang terjadi, hingga pemerintah Kabupaten disekitaran danau yang elok itu kurang merespon even yang cukup menjanjikan bagi usaha wisata di daerah itu .Padahal dengan adanya perehelatan ini, 7 kabupaten yang mengelilingi Danau Toba, seperti Kabupaten Karo, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Samosir, berkesempatan secara bersama-sama 'menjual' keelokan danau dengan bersinergi menawarkan budayanya yang cukup beragam.

Tapi pada kenyataannya, saat perhelatan Lake Toba Ecotourism Sport (LTES) VIII/2012 dibuka, kejanggalan tentang kurangnya respon pemerintahan setempat sudah terlihat sejak awal. Plt Gubernur yang dijadwalkan membuka secara resmi kegitan itu, diwakilkan kepada Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara. Sementara, Kabupaten Simalungun yang notabene sebagai tuan rumah pembukaan acara tersebut, hanya dihadiri Kepala Dinas Budaya dan Pariwisatawa (Kadisbudpar) Kabupaten Simalungun. 

Untungnya, pada saat penutupan kegiatan di Kabupaten Samosir, kepala daerah yang berkedudukan di Pangururan itu baru saja kembali dari tugas lawatan kerjanya,  dan menyempatkan menutup secara resmi acara tersebut. Sebelumnya bupati ini juga sempat menggelar jamuan makan malam untuk para atlet paragliding serta offisial dan pedayung dari Narathiwat, Thailand Selatan di rumah dinasnya.

Menjamu tamu dengan baik, itu merupakan hal pokok untuk ‘dagangan’ pariwisata, sebab itu kunci utama pariwisata yang dinamakan keramahtamahan. Tapi ramah-tamah saja tidak cukup. Faktor pendukung  yang teramat penting lainnya bagi dunia usaha wisata adalah bagaimana caranya mempertahankan keelokan danau dan lingkungannya, termasuk kebudayaannya. Sebab, pariwisata merupakan ‘barang dagangan’ sekaligus ‘periuk’  bagi seluruh jajaran masyarakat yang berada dilingkup sekitaran Danau Toba. 

Penulis sempat terganggu sekaligus terkesima dengan komentar membangun dari seorang staff Tourism Authority of Thailand, Mr Yusof Sulaiman. Offisial tim Dragon Boat dari Narathiwat, Thailand Selatan ini menyayangkan kondisi air danau yang kini mulai tercemar. 

“Danau Toba sangat elok, tapi aer mulai koto, bila pihak kerajaan (pemerintah Indonesia-red)  tidak sesegera mungkin memulakan untuk perlindungan danau, nanti tourism tak mau lagi datang melancong kemari,” ujarnya dengan Bahasa Melayu. 

Banyak benarnya, masukan dari pejabat pariwisata dari negara tetangga itu. Sudah selayaknya pemerintah setempat sekitaran Danau Toba, mulai mengambil langkah tepat untuk penyelamatan air danau demi kepentingan masyarakat dan pariwisata Danau Toba kedepannya.

Penyedot air dari Danau Toba untuk dipergunakan warga tanpa penayringan ulang
Yusof Sulaiman menyarankan agar pemerintah setempat segera melakukan langkah untuk penyaringan limbah rumahtangga yang ada di sekitar danau sehingga limbah yang nantinya bersatu dengan air bukanlah limbah jahat yang dapat merusak ekosistem.

Sebab, Yusof Sulaiman sempat khawatir, apakah fasilitas air yang digunakan di hotel tempatnya menginap di Pangururan, Ibukota Kabupaten Samosir itu, langsung menggunakan air danau. 
Sudah sepatutnya kegelisahan Yusof Sulaiman menjadi kegelisahan serius masyarakat kita . Bukan tak mungkin susutnya pariwisata yang terjadi belakangan ini, adalah dampak dari kurangnya perhatian kita. Bukan tak mungkin pula, apapun kegiatan untuk mengusung pariwisata Danau Toba, seperti Lake Toba Ecotourism Sport ini akan di cap menjadi kegiatan yang  ‘mubazir' , yang sifatnya hanya menghambur-hamburkan uang negara, dengan tujuan yang ‘abu-abu’. Dan dugaan miring lainnya yang timbul, even ini merupakan  kegiatan yang 'asal ada' semata, demi kepentingan penyelenggaranya. ##


Tidak ada komentar:

Posting Komentar